Thursday, December 30, 2010

My Name Is Rifany, Im Not A Haters

Kembali, terdiam di rumah. Tidak ada acara, tidak ada keinginan main ke mall, atau sekedar menonton pertunjukan musik. Aku hanya ingin tetap berada di kamar. Menonton semua DVD yang aku beli.
My Name Is Khan, Not Kuch Kuch Hota Hai atau Kabhi Kushi Kabhi Gum. Film india menurutku memuakan, sangat memuakan. 

Dengan rasa terpaksa aku memutar DVD tersebut di optik DVD ku. Lagi-lagi Shah Ruk Khan, Lagi-lagi Kajol. Pasti membosankan, pasti nyanyi, pasti nari.

Singkat cerita timer semakin menjauh dari panel Gom Player ku. Oh, Khan seorang muslim india. Semakin jauh timer nya, semakin sesak dada menonton cerita nya. Ya tuhan, sehina itu kah muslim di amerika. Sejahat itu kah masyarakat amerika terhadap muslim. Cinta dan keabadian bercampur menjadi satu dalam ikatan hati yang kuat. Kehilangan, rasa marah, rasa iba dan yang terpenting rasa iklas terpancar dalam alur cerita nya.
Mengapa harus ada musuh? Mengapa harus benci? Mengapa?? Mengapa tuhan, mungkin itu yang dikatakan setiap insan pemikir.

“Persaudaraan tidak berasal dari darah, Namun cinta”. Saya muslim, saya marah, saya benci. Cerita cinta melukai hati. 

Benar sekali, darah tidak menjamin, kita harus didihkan darah, ketika darah yang lain tertumpah. Pembelaan? Pembenaran? Atau Kekuasaan?. Nah, kekuasaan yang lebih tepat. Manusia di giring terhadap sebuah kebencian, kebencian abadi. Karena darah yang harus dibayar, bukan cinta atau kasih. Lemah? Begitu kah ketika semua orang berbicara cinta? Tanpak anggun kah jika seorang panglima perang menyadari cinta dalam hatinya. Ataukah Salah, seorang Che Guevara menyanjung kisah cinta nya? Ataukah salah seorang anak pewaris mafia seperti romeo mati dipangkuan cinta terpilihnya. Bagi kalian yang sombong, aku adalah sosok penulis yang anggun. Tapi aku merasa, kebengisan seorang kapten perang amerika Nathan Algren akan tunduk dan bersujud dihadapan cinta. 

Kebencian terhadap perbedaan suku, agama, ras, gender ataupun kelompok. Hanya akan membuat sesak jiwa.. Semua orang memiliki kebencian, tapi pernahkah kalian tau. Siapa yang lebih di untungkan? Kelompok? Ras? Agama? Bukan kawan, yang lebih diuntungkan adalah setan-setan poltik yang haus akan kekuasaan. Biarkan kebencian melebur dengan adanya. Benih-benih kebencian hanya akan menciptakan tatanan kedamaian semakin memudar. Taman hijau yang penuh dengan harapan dan pengertian semesta. Akan semakin menjauh dari kehidupan insani kita. 

Aku teringat kepada negeri ku sendiri, yang malang. Bentuk arogansi nilai mendewa di setiap nadi kehidupan sistem tanah airku. Aparat membentak, Tragedi subur dimana-mana, penindasan nilai norma kehidupan tak terasa menjiwa di setiap pihak yang merasa berkepentingan, Sang penguasa mengasah pedang bukan mengasah moral. Itu dulu? mungkin iya, mungkin juga tidak kawan. Dulu terlihat, hari ini tidak terlihat.  Bukan maksud mengajari, karena diri senantiasa berdosa. Tapi dalam keyakinan sendiri. Pasangan yang terlibat zinah, lalu di arak. Boleh dilempari, tapi ingat “HARUS DILEMPAR OLEH ORANG YANG TIDAK BERDOSA”. Cam kan itu. Mengadili manusia yang berdosa, harus dengan kerendahan hati. Tapi apa yang terjadi di negaraku? Pendosa menghakimi pendosa. Anjing, dalam hati menjerit. Pak tua gendut itu memukuli seorang anak yang tidak berdosa, hanya karena anak itu mengiringi kepergian ayahnya yang dibenci sistem. Anjing semua. Marah, saya marah. Tapi saya senantiasa beristigfar kembali. Aku juga adalaah pendosa.

Kemarahanku kembali menggelora, tat kala uang untuk rakyatku diperkosa. Pajak-Pajak yang dibayar dengan penuh pengorbanan. Dihamburkan untuk kepentingan perutmu, selangkanganmu dan kepentingan nafsu duniawi mu. Kembali aku istigfar. Aku bukan masa yang beringas. Aku hanya ingin menangis.

Sekolah ambruk, tatanan kota semrawut, air mengering, inflasi meningkat, chaos merenggut jiwa. Itu semua kemarahanku. Tapi sekali lagi aku bermimpi. Aku ingin menjadi khan. Aku ingin menjadi iklas.
Aku tau, My Name Is Khan adalah sebuah alat tunggang obama untuk melejitkan citranya dimata muslim. Tapi aku tidak mau peduli. Aku tidak peduli Obama, Program kemanusiaan Bush, Atau kejujuran jurnalis Muslim. Yang aku inginkan hanya Khan. “Persaudaraan itu bukan berasal dari darah saja, Tapi dari cinta”.
Misi? Visi? Semua omong doang. Tuan ku yang berkuasa, aku marah bukan kepadamu. Tapi kepada keinginanmu yang terlampau jauh tuan. Yang aku inginkan bukan dewa, yang dapat merubah api menjadi es dalam seketika. Aku bersabar menunggu itu terjadi, namun jaga perasaan kami. Kami rakyatmu, bukan musuhmu.

Wahai kaum berbeda? Aku ini sahabatmu, bukan musuhmu yang senantiasa mengolok dan mencaci perbedaan dalam tubuhmu. Aku ini saudaramu. Teguhkan hati kita, jangan sampai terbuai mars-mars kebencian yang dielukan genderang perang. Jaga hati, kebebasan akan kita nikmati. Jika saja kamu berani berkata. Aku tidak berbeda dengan mereka, aku bagian dari mereka. Tidak ada keunggulan. Tidak ada.... Tidak ada....

Maaf, Saya Marah. Tapi aku hanya ingin meneruskan perjuangan untuk merdeka. Seperti orang-orang yang jujur, namun terbunuh nurani.

Rabu 15 Desember 2010.

1 comment: